Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai nilai komersial tinggi begitu juga resiko tinggi. Tanaman bawang merah merupakan tanaman hortikultura yang sudah sejak lama di dibudidayakan oleh petani secara intensif.
Komoditas unggulan pertanian ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Meskipun saat ini banyak petani bawang merah, namun dalam proses budidayanya masih ditemui berbagai kendala terutama dari segi teknis budidaya, terutama mengenai serangan hama penyakit.
Hal ini perlu penanganan serius dan pengendalian tepat guna karena jika salah dapat menyebabkan gagal panen.
Adapun hama dan penyakit utama bawang merah yang menjadi momok menakutkan petani, diantaranya :
Hama “Ulat Daun “(Spodoptera exigua) pada bawang Merah
Hama ulat daun memiliki ciri-ciri berwarna hijau tua pada saat usia muda dan berwarna coklat tua dan garis-garis putih setelah usianya bertambah dengan ukuran 2,5 cm.
Ulat daun ini menyerang daun yang masih muda maupun yang tua.
Gejalanya :
👉memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun.
👉 Bercak disebabkan oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya.
👉 Pada serangan yang parah menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang merah.
Cara pengendalian hama ini yaitu :
👉 sanitasi lahan,
👉pengaturan jarak tanam
👉mengumpulkan kelompok telur pada daun kemudian dimusnahkan secara terbakar.
👉 lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif:
1. Klorontraniliprol
2. Santryaniliprol
3. Emamectin benzoat
4. Spinosad
Penyakit Layu fusarium /Moler.
Penyakit yang ditingkat petani sering disebut penyakit Moler/Ngoler ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Sasaran serangannya adalah bagian dasar dari umbi lapis.
Daun bawang menguning dan terpelintir layu (mboler) serta tanaman mudah dicabut.
Umbi yang terserang akan menampakkan dasar umbi yang putih karena massa cendawan dan umbi membusuk dimulai dari dasar umbi.
Apabila umbi lapis dipotong membujur terlihat adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas baik ke atas maupun ke samping.
Serangan lebih lanjut menyebabkan kematian, dimulai dari ujung daun kemudian menjalar kebagian bawah.
Pengendalian:
Pengendalian secara kultur teknis yaitu:
👉Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya rendah seperti tanaman palawija.
👉 Menggunakan benih bebas penyakit, menjaga drainase secara baik (hindari tanaman tergenang),
👉 Melakukan penyiraman untuk pencucian daun setelah hujan serta menjaga tanaman/umbi jangan sampai terluka akibat sewaktu pemeliharaan.
Pengendalian secara biologis :
👉 Lakukan melalui penggunaan pupuk organik dengan penambahan agens hayati Gliocladium sp atau Thricoderma sp pada setiap lubang tanam serta perlakuan benih sebelum tanam dengan mencelupkan benih umbi maksimal 3 menit dalam larutan PGPR dosis 10 ml/liter air.
Pengendalain secara fisik/mekanis :
👉Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang.
Pengendalian secara Kimia :
👉Lakukan penyemprotan pestisida yaitu fungisida berbahan aktif secara bergantian yaitu , difenokonazole+ Azosksitrobin, klorotalonil + mandipromamid, mankozeb + dimetomorf, mankozeb + simoksanil.
Pengendalian menggunakan bahan kimia selalu ikuti dosis dan kosentrasi aplikasi pemakaian sesuai petunjuk di label kemasan.
oleh Jinsono Purba, SP.