Oleh: Ir.Suhendro Atmaja /Agro Business Development Manager
Tanah asam adalah tanah yang ber-pH rendah. Ada 3 sisi negatif dari tanah yang bersifat asam, yaitu unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah cukup, tetapi sebaliknya, unsur hara mikro yang bersifat racun bagi tanaman justru tersedia dalam jumlah berlebih. Selain itu, tanah yang terlalu asam dapat menghambat perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Dengan sendirinya, kondisi tersebut akan berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman.
Perbaikan pH tanah bisa dikatakan telah menyelesaikan 50% masalah kesuburan tanah. Cara yang paling efektif untuk menetralkan tanah asam (meningkatkan pH) adalah memberikan kapur dolomite/kalsit. Caranya gampang, tabur dan campurkan kapur dolomite/kalsit secara merata ke dalam tanah, diamkan selama 7-14 hari. Setelah itu, tanah siap untuk ditanami.
Keuntungan pengapuran tanah antara lain menjadikan struktur tanah lebih gembur sehingga berdampak positif bagi perkembangan organism tanah dan akar. Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah dapat mengurangi zat-zat beracun dan mengurangi hilangnya unsure hara makro akibat pencucian serta meningkatkan jumlah unsure tersedia di larutan tanah sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.
Idealnya, pengapuran dilakukan dua minggu sebelum tanam, tepatnya saat menjelang musim hujan. Tujuannya agar tersedia cukup waktu bagi kapur untuk bereaksi dengan tanah. Peningkatan pH akibat penambahan kapur disebabkan ion H⁺ dan Al³⁺ pada koloid tanah digantikan oleh ion Ca²⁺ yang berasal dari kapur.
Tujuan dari pengapuran sebagai berikut: (1) Memperoleh koloid tanah yang netral dan dipenuhi oleh kation basa. (2) Membuat ion Al³⁺ menjadi tidak aktif. (3) Mengeluarkan ion H⁺ dari koloid tanah dalam bentuk air. Jumlah kapur yang perlu diberikan sangat tergantung pada nilai pH (keasaman) dan kelas tekstur tanah, semakin kadar lihat semakin tinggi, kecenderungan kebutuhan kapurnya akan semakin tinggi pula.
Tabel 1. Kebutuhan kapur pada beberapa kelas tekstur tanah
Beberapa bahan kapur yang dapat digunakan untuk meningkatkan pH tanah dan setara jumlahnya dengan CaCO₃ dicantumkan pada table 2.
Tabel 2. Kesetaraan Bahan Kapur Lain dengan Kapur CaCO₃
Jika rekomendasi pengapuran 3 ton/Ha dengan Kalsit (CaCO₃), tetapi bila memakai Dolomit, diperlukan 100/110 x 3 ton/Ha = 2,73 ton Ha dolomite. Dolomit memiliki kemampuan menetralkan tanah lebih tinggi 1,1 kali dari Kalsit pada bobot yang sama.
Perbedaan antara dolomite dan kalsit terletak pada struktur kristalnya lebih kasar sehingga akan terurai dan bereaksi lebih lama daripada kalsit. Karena itu, dolomite disarankan dipakai untuk tanah berpasir. Sementara itu, kemampuan dolomite untuk membuang Al³⁺ dari koloid tanah juga lebih besar.
Alat pengukuran pH untuk tingkat lapangan secara cepat dapat menggunakan 2 cara: (1) Metode perbedaan warna (dengan kertas lakmus), (2) Metode elektromagnetik atau soil tester.
Alat ukur pH yang lebih murah dapat menggunakan kertas lakmus, prosedur kerjanya adalah sebagai berikut: (1) Ambil contoh tanah yang mewakili seluruh areal pertanaman, terutama di kedalaman sekitar area perakaran. (2) Contoh tanah tersebut diambil sedikit (1-2 sendok makan). Masukkan ke dalam wadah apa saja, kemudian beri air murni (aquades) dengan volume yang sama dengan volume tanah. (3) Aduk campuran air dan tanah, biarkan mengendap, sehingga air menjadi bening. (4) Celupkan kertas lakmus ke dalam air yang bening tersebut selama beberapa detik hingga tidak lagi terjadi perubahan warna. (5) Cocokkan warna kertas lakmus dengan warna indicator yang terdapat pada kemasan kertas lakmus untuk menentukan nilai pH. (6) Untuk menentukan kebutuhan kapur, lihat table 1, sesuai dengan pH yang diharapkan.
Semoga Bermanfaat.