PADI FULL ORGANIK, PANEN MENINGKAT, HARGA LEBIH MAHAL TERNYATA INI RAHASIANYA

Desa Jatiluwih, kecamatan Penebel adalah salah satu tujuan wisata kebanyakan turis mancanegara, dimana desa tersebut dijuluki salah satu desa warisan Budaya dunia dan mendapat penghargaan dari UNESCO. Berbicara tentang jatiluwih tidak lepas dari hamparan sawah, ada ratusan hektar sawah didesa tersebut yang terbagi di beberapa subak. Misalnya di Subak Umaduwi ada 70-an Hektar dan semuanya mengembangkan padi beras Merah Khas Bali yang masa panennya lebih dari 5 Bulan.

Ada yang unik di desa tersebut yg membuat unesco menetapkan jatiluwih sebagai warisan Budaya dunia, yaitu Budidaya Padi Beras Merah khas Jatiluwih yang sudah dilakukan turun temurun, dengan bibit padi yang sama tempat yang sama dan cara tanam yang sama. Perawatannya pun unik, memang benar-benar tanpa perlakuan bahan kimia, “ Kami di Jatiluwih tidak menggunakan obat-obat pertanian, kalau ada rumput ya kami jukut, kalau ada hama ya kami pake cara manual untuk basmi, tapi astungkara kami ada perhitungan tentang turun tanam, jadi hama penyakit bisa sedikit teratasi, inilah perbedaan membudidayakan padi ini dengan padi yang lain” tutur pak Kustika. Memang kita harus tekun tambahnya.

Foto 1. Pak Yogi mengaplikasikan DIGROW usia padi 120hst

Sebenarnya apa sih kelebihan dari membudidayakan padi beras meras merah ini? Jelas kelebihannya adalah dari segi harga, normalnya padi beras merah ini di Bandrol dengan harga Rp. 20.000/kg, bahkan ketika kami dari DIGROW mengunjungi salah satu titik sawah padi tersebut ada perusahaan yang akan kerjasama dengan Desa Jatiluwih untuk penyediaan beras merah khas jatiluwih dengan harga Rp. 28.000/kg. 

. ” Mudah mudahan bisa kami sediakan kebutuhan yang sudah disepakati ” tutur Pak Yogi ,  nanti juga kan kita pake DIGROW, sambungnya sambil senyum.

Beras merah Jatiluwih kebanyakan digunakan sebagai bahan dasar teh beras merah karena rasa dan aromanya yang sangat khas, biasa juga digunakan sebagai bahan campuran beras putih biasa, serta untuk dikonsumsi orang-orang dalam masa diet atau orang- orang yang mempunyai tujuan tertentu dalam dunia kesehatan. Ketika kita menggunakan obat-obat kimia pada padi, otomatis aroma & rasa beras merah kami akan berubah, ketika dikonsumsi, tutur Pak Yogi. Jadi kami harus tetap full organik dalam. membudidayakan padi ini.

Budidaya Padi beras merah ini lumayan lama panennya, kira-kira sekali panen bisa dapat berapa? ” Padi ini bisa dipanen sampai pada usia 5,5 bulanan, dengan rata-rata panen per hektar 4  – 5 ton GKP, itu sebelum kami pakai DIGROW. “ tutur pak Kustika, dengan penggunaan pupuk kandang 7-10kg/are dan POC fermentasi dari urine sapi.

Foto 2. Malai padi Tanpa DIGROW usia 110 hst

Sekarang sudah ada 5 hektar sawah di beberapa titik di jatiluwih ini sudah menggunakan POC DIGROW dan pertumbuhannya sangat memuaskan,  Dari tinggi tanaman, jumlah bulir, kecepatan mengisi bulir, pakai DIGROW memang kelihatan sekali laju pertumbuhan padi. Tutur pak kustika.

Foto 3. Malai Padi Pakai DIGROW 110hst

Apalagi padi tahunan, sebenarnya sangat lambat melihat perkembangannya, tapi dengan DIGROW, dari saya gunakan DIGROW hijau, memang lebih cepat pertumbuhannya, kalau saya bilang 40 % lah lebih cepat tumbuh, nanti kita lihat di waktu panen, tambah Pak Yogi.. Kalau untuk hasil beras, kami sudah membuktikan di padi genjah yang ditanam juga di lahan ini, 1 kwintal gabah bisa sampai 68 kg beras, kalau biasanya di 61, 62 gitu. Itukan kenaikan yang luar biasa, tutur pak Kustika.

Melihat bulir padi kami yang sekarang juga sangat memuaskan. Mengunakan DIGROW juga membuat batang padi sangat kokoh, keras, dan saya rasa perakarannya sangat baik. Karena dengan kondisi padi kami yang berukuran tinggi ini (-+150cm tinggi padi rata-rata, pakai DIGROW 160cm tinggi padi). kalau pakai pupuk anorganik dan pakai obat-obatan kimia, ini dijamin sudah tumbang pak, tutur pak yogi. Itulah sebabnya di Jatiluwih, tidak menggunakan pupuk anorganik atau pestisida kimia.

Foto 5a. Bersama Pak Kustika mengukur Tinggi Padi yang menggunakan DIGROW
Foto 5b. Bersama Pak Kustika mengukur Tinggi Padi yang menggunakan DIGROW

Adapun aplikasi DIGROW yang diterapkan pada Padi Beras merah di Desa Jatiluwih:  Penyemprotan DIGROW Hijau: 30 hst, 60hst & 90hst, konsentrasi 3 ml per liter air. Penyemprotan DIGROW Merah : 110 hst, 120 hst & 130 hst, konsentrasi 5 ml per liter air . Penyemprotan DIGROW juga langsung dicampur dengan pesnab buatan subak atau biourine ketika kami rasa perlu mencegah hama penyakit.

Pesan dari kami subak umaduwi khususnya, Gunakanlah pupuk organik untuk hasil pertanian yang berkualitas serta untuk menjaga kelestarian lahan kita. Kurangi menggunakan obat-batan kimia, kalau bisa jangan. Lebih Baik mencegah dari pada mengobati, ujar pak Kustika & pak Yogi. Semoga informasi ini bermanfaat untuk semua, salam dari Jatiluwih.