Hendri T., Desa Lewet, Kec. Amurang, Kab. Minahasa Selatan Sulawesi Utara
Jagung merupakan komoditi strategis kedua di Indonesia setelah padi karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Termasuk di Sulawesi Utara yang masuk dalam 10 besar daerah penghasil jagung di Indonesia dengan luas panen 235,5 ribu ha menghasilkan 0,92 juta ton jagung. Di Sulawesi utara jagung dimanfaatkan sebagai pangan dan juga digunakan sebagai pakan ternak.
Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Utara yang lahannya banyak ditanami jagung, karena sangat cocok dengan syarat tumbuh jagung. Tapi dengan kondisi kelangkaan pupuk, pengurangan jatah pupuk bersubsidi, dan kenaikan harga pupuk, membuat para petani mencari solusi agar tetap bisa menanam, seperti mengurangi luasan area tanam dan menggunakan pupuk cair
Akibat dari kondisi sulit tersebut salah seorang petani di Minahasa Selatan yaitu Bpk Hendri Tempongadatu yang akrab disapa Pak Hendri, dengan kondisi tersebut beliau terpaksa mengurangi luasan lahan yang biasanya beliau menenam pada lahan seluas 1-1,5 Ha menjadi hanya 0,5 Ha hal ini agar tanaman jagungnya masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik walaupun dengan pemupukan dasar yang sedikit. Cara lain yang beliau lakukan untuk mengatasi kondisi tersebut, beliau coba menggunakan pupuk organik cair DIGROW.
Foto Tanaman Jagung Usia 30 HST (Hari setelah Tanam)
Pada musim tanam periode Maret – Juni 2021, beliau menanam benih jagung varietas BISI-18 pada lahan seluas 0,5 Ha dengan menggunakan jarak tanam 80 x 30cm, tiap lubang tanam berisi 2 biji benih, dan menghabiskan benih sebanyak 10 kg. Menurut beliau pemeliharaan terutama pemupukan merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan produksi maksimal. Oleh karena itu pada saat tanaman mulai berumur 15 hari setelah tanam (HST) pemberian DIGROW hijau mulai disemprotkan dengan dosis 5 cc/ liter air, setelah itu dilanjutkan umur 25 HST dan 35 HST.
Menurut pengamatan beliau penyemprotan DI.Grow hijau membantu pertumbuhan vegetatif tanaman jagung menjadi lebih maksimal, seperti batang tanaman menjadi lebih besar dan ukuran daun tanaman lebih lebar serta warna daun lebih hijau, dengan kondisi tanaman seperti ini tanaman jagung dapat menghasilkan kelobot jagung yang besar dan berisi padat.
Foto Jagung Siap Panen
Pemberian Dosis pupuk kimia yang diberikan yaitu Urea 50 kg dan SP-36 sebanyak 50 kg untuk 0,5 Ha sebagai pupuk dasar. Dosis pupuk kimia berkurang, terjadi karena adanya kelangkaan pupuk sehingga alokasi pembelian pupuk kimia tersebut beliau gunakan untuk membeli pupuk organik cair DIGROW yang ternyata memberikan efek yang sangat memuaskan terhadap pertumbuhan tanaman jagung beliau.
Pada umur HST 45, 55 HST, dan 65 HST penyemprotan dengan POC. DI.Grow merah beliau berikan dengan dosis 5 cc/liter air. Menurut pengamatan dilapangan setelah penggunaan DIGROW ukuran kelobot jagung menjadi lebih besar dan biji jagung berisi padat dari pangkal sampai ke ujung kelobot jagung. Penyemprotan dengan DIGROW menjadi lebih sering yaitu sebanyak 3 kali untuk masa vegetatif dan 3 kali untuk masa generatif, agar menjaga unsur hara yang diperlukan tanaman dapat terpenuhi, sehingga beliau menghabiskan 2 liter DIGROW Hijau dan 2 liter DIGROW merah.
Berdasarkan hasil panen pada periode musim tanam tersebut beliau mendapatkan hasil 2,5 ton jagung kering pipil pada lahan 0,5 Ha , sementara menurut beliau sebelum pakai DI.Grow hasil panen hanya sekitar 1,6 ton jagung kering pipil pada lahan 0,5 Ha.
Terjadi peningkatan hasil dari sebelum beliau pakai DI.Grow. Dari hasil panen tersebut pada periode musim tanam Maret – Juni 2021 tersebut beliau mendapatkan kenaikan produksi sebesar 0,9 ton / 0,5 Ha jagung kering pipil. Serta beliau tidak perlu khawatir lagi dengan kondisi kelangkaan pupuk, karna beliau dapat menggunakan POC DIGROW untuk mendapatkan produksi yang lebih banyak lagi. “Torang sudah membuktikan, ngana harua coba..!!” tutur pak Hendri sambal mengajak petani Jagung lainnya untuk menggunakan Digow.