PERKEMBANGAN PORANG DI INDONESIA
Porang (Amorphophallus oncophyllus) atau seringkali disebut dengan iles-iles termasuk famili Araceae dan merupakan salah satu kekayaan hayati umbi-umbian Indonesia. Pada zaman penjajahan Jepang, masyarakat dipaksa mengumpulkan umbi untuk keperluan bahan pangan dan industri mereka. Sebetulnya sejak Perang Dunia II, porang telah diekspor ke Jepang, Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan
Pada tahun 1975an, usahatani tanaman porang bergairah kembali dengan adanya kenyataan bahwa tanaman tersebut bernilai ekonomis tinggi. Pada tahun 1980an Perum Perhutani KPH Saradan, melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), bekerjasama dengan Masyarakat Desa Hutan (MDH) mulai mengembangkan tanaman porang di lahan tegakan hutan industri (sonokeling dan jati) yang dikelolanya
Pada tahun 2012, program pengembangan tanaman porang di kawasan hutan industri didorong oleh intruksi Menteri BUMN yang menugaskan Perum Perhutani untuk mengembangkan porang dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pengembangan budidaya dan pemanfaatan porang ke depan sangat prospektif karena lahan tersedia, terutama di kawasan hutan sehingga tidak perlu bersaing dengan lahan komoditas tanaman pangan lainnya
PELUANG AGRIBISNIS PORANG
Popularitas porang melonjak sejak Paidi, warga Desa Kepel, Kec. Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang mengubah nasibnya dari seorang pemulung menjadi miliarder berkat menekuni budidaya tanaman porang. Dalam setahun saja Paidi dapat menghasilkan 800 juta lebih dalam lahan 1 hektar
Sentra Porang di Indonesia sementara ini berpusat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini diperkuat oleh adanya instruksi dari Menteri BUMN Dahlan Iskan pada tahun 2012 yang menugaskan Perum Perhutani untuk mengembangkan tanaman porang dengan bermitra dengan para petani dalam Program Pengembangan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Kementan mencatat ekspor Porang Periode Januari – Juli 2020 sebesar 14.568 ton dengan nilai Rp 801,24 miliar. Sebelumnya ekspor Porang tahun 2019 sebanyak 11.720 ton senilai Rp 644 miliar. Fantastis bukan? China, Vietnam, Jepang, Korea, Thailand, Hongkong, Pakistan dan beberapa negara eropa merupakan negara-negara yang menjadi importir porang dari Indonesia. Meski jumlah produksi dan nilai ekonomi tersebut sangat fantastis, ternyata jumlah produksi porang belum mampu memenuhi permintaan pasar secara keseluruhan.
ANALISA USAHA SEDERHANA
PENAMPUNG UMBI PORANG
KANDUNGAN DAN PEMANFAATAN PORANG
- KANDUNGAN
Karbohidrat (Pati & Glukomannan), Lemak, Protein, Mineral, Vitamin, Serat Porang (A. oncophyllus) dilaporkan mengandung Glukomannan sekitar 55% dalam basis kering, sementara iles-iles putih (A. variabilis) sekitar 44% (Koswara 2013). Umbi sejenis, seperti suweg (A. campanulatus) hanya mengandung 0-3,1% glukomannan.
- PEMANFAATAN TEPUNG PORANG /GLUKOMANNAN
Sebagai Bahan Pangan Fungsional : Konnyaku (mirip tahu) dan Shirataki (Berbentuk Mie), Beras Tiruan, ice cream, yogurt, roti dll, Pengikat air ,Bahan Pengental ,Penggumpal atau Pembentuk Gel, Makanan Diet rendah lemak dan kalori
BOTANI TANAMAN PORANG
Porang termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub- divisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, bangsa Arales, famili Araceae, marga Amorphophallus (Bunga Bangkai)
Batang
Batang tumbuh tegak, lunak, halus berwarna hijau dengan belang-belang putih tumbuh di atas ubi yang berada di dalam tanah. Batang tersebut sebetulnya merupakan batang tunggal dan semu, memecah menjadi tiga batang sekunder dan selanjutnya akan memecah lagi menjadi tangkai daun. Tangkai halus, berwarna hijau hingga hijau kecoklatan dengan sejumlah belang putih kehijauan (hijau pucat). Tergantung tingkat kesuburan lahan dan iklimnya, tinggi tanaman porang dapat mencapai 1,5 m.
Daun
Daun majemuk dan terbagi menjadi beberapa helaian daun (menjari), berwarna hijau muda sampai hijau tua. Anak helaian daun berbentuk ellip dengan ujung daun runcing, permukaan daun halus bergelombang. Warna tepi daun bervariasi mulai ungu muda (daun muda), hijau (daun umur sedang), dan kuning (daun tua). Pada pertumbuhan yang normal, setiap batang tanaman terdapat 4 daun majemuk dan setiap daun majemuk terdapat sekitar 10 helai daun. Lebar kanopi daun dapat mencapai 25-150 cm, tergantung umur tanaman
Bulbil/Katak
Pada setiap pertemuan batang sekunder dan ketiak daun akan tumbuh bintil berbentuk bulat simetris, berdiameter 10- 45 mm yang disebut bulbil/katak yaitu umbi yang dapat digunakan sebagai bibit. Besar kecilnya bulbil tergantung umur tanaman. Bagian luar bulbil berwarna kuning kecoklatan sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Adanya bulbil/ katak tersebut membedakan tanaman porang dengan jenis Amorphophallus lainnya. Jumlah bulbil tergantung ruas percabangan daun, biasanya berkisar antara 4-15 bulbil per pohon.
Umbi
Umbi porang merupakan umbi tunggal karena setiap satu pohon porang hanya menghasilkan satu umbi. Diameter umbi porang bisa mencapai 28 cm dengan berat 3 kg, permukaan luar umbi ber- warna coklat tua dan bagian dalam berwarna kuning-kuning kecoklatan. Bentuk bulat agak lonjong, berserabut akar. Berdasarkan pengamatan Perhutani (2013), bila umbi yang ditanam berbobot 200 s/d 250 g, maka hasil umbi dapat mencapai 2-3 kg/ pohon per musim tanam. Sementara bila digunakan bibit dari bulbil/katak maka hasil umbi berkisar antara 100-200 g/pohon
Bunga
Bunga tanaman porang akan tumbuh pada saat musim hujan dari umbi yang tidak mengalami tumbuh daun (flush). Bunga tersusun atas seludang bunga, putik, dan benangsari. Seludang bunga bentuk agak bulat, agak tegak, tinggi 20-28 cm, bagian bawah berwarna hijau keunguan dengan bercak putih, bagian atas berwarna jingga berbercak putih. Putik berwarna merah hati (maron). Benang sari terletak di atas putik, terdiri atas benangsari fertil (di bawah) dan benangsari steril (di atas). Tangkai bunga panjangnya 25-45 cm, garis tengah 16-28 mm, berwarna hijau muda sampai hijau tua dengan bercak putih kehijauan, dan permukaan yang halus dan licin. Bentuk bunga seperti ujung tombak tumpul, dengan garis tengah 4-7 cm, tinggi 10-20 cm
Biji Bunga
Termasuk buah berdaging dan majemuk, berwarna hijau muda pada waktu muda, berubah menjadi kuning kehijauan pada waktu mulai tua dan orange-merah pada saat tua (masak). Bentuk tandan buah lonjong meruncing ke pangkal, tinggi 10-22 cm. Setiap tandan mempunyai buah 100-450 biji (rata-rata 300 biji), bentuk oval. Setiap buahnya mengandung 2 biji. Umur mulai pembungaan (saat keluar bunga) sampai biji masak mencapai 8-9 bulan. Biji mengalami dormansi selama 1-2 bulan.
Akar
Tanaman porang hanya mempunyai akar primer yang tumbuh dari bagian pangkal batang dan sebagian tumbuh menyelimuti umbi. Pada umumnya sebelum bibit tumbuh daun, didahului dengan pertumbuhan akar yang cepat dalam waktu 7-14 hari kemudian tumbuh tunas baru. Jadi tanaman porang tidak mempunyai akar tunggang
PERBEDAAN PORANG – ILES ILES – SUWEG – WALUR
TEKNIS BUDIDAYA PORANG
- PERSYARATAN TUMBUH
- Tinggi tempat : 0 – 800 m dpl, optimal 100-600 m dpl.
- Suhu/ Temperatur : 25-35 ̊ C, diatas 35 ̊ C daun akan terbakar
- Curah Hujan : 1.000 – 1.500 mm/tahun
- Tekstur Tanah : Tanah bertekstur ringan hingga sedang, gembur, subur dan kandungan bahan organiknya tinggi.
- pH Optimal : 6 – 7
- % Naungan : 40 % – 60%
PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan Lahan bertujuan untuk memberikan struktur tanah yang gembur untuk mepercepat pertumbuhan akar dan umbi. Terdapat dua cara penyiapan lahan untuk penanaman, tergantung pada bibit yang digunakan . Bibit dari umbi untuk menghasilkan hasil umbi besar : lubang tanam 60 x 60 x 45 cm, jarak tanam 90 x 90 cm. Untuk menghasilkan umbi berkuran kecil-sedang : Jarak Tanam 45 x 45 cm atau 60 x 60 cm
Sebelum tanam, lubang tanam ditutup dengan lapisan tanah bagian atas (topsoil) dan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang). Sedangkan untuk bibit yang berasal dari bubil/katak, dibuat guludan setelah tanah diolah intensif dengan jarak antar guludan 90 cm dan bubil ditanam dalam guludan dengan jarak 90 cm
BIBIT
Ada 3 jenis bibit yang bisa digunakan: Bibit dari Umbi Batang , Bibit dari Katak/Bulbil (Bibit Vegetatif, bisa tanam langsung di lahan Setelah Umbi bertunas) dan Bibit dari Biji Buah (Bibit Generatif, disemaikan di Polybag 2-3 bulan Baru bisa tanam di lahan )
- KEDALAMAN TANAM
Bulbil /Katak : Kedalaman tanam 5 cm , Umbi Mini (200 gr) : Kedalaman 15 cm Umbi besar (300-500 gr) : Kedalaman 20 cm , Secara umum makin dalam bibit ditanam akan menghambat pertumbuhan umbi
- PEMUPUKAN
Awal tanam diberikan Pupuk Kandang 5 ton/Ha, Pemupukan Susulan 1, usia 45 HST diberikan Urea 100 kg/Ha, SP-36 = 150 kg/Ha, KCl= 150 kg/Ha. Kemudian Pemupukan Susulan 2, usia 75 HST diberikan Urea 100 kg/Ha, SP-36 150 kg/Ha, KCl 100 kg/Ha Penyemprotan Digrow Hijau 2 minggu sekali mulai 0 – 2 bulan , 3 cc/liter air Penyemprotan Digrow Merah 2 minggu sekali, diatas 2 bulan , 5 cc/ltr air
- PENYIANGAN
Penyiangan gulma dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman sebelum kanopi menutup sambil menggemburkan tanah . Umumnya dilakukan secara manual pada umur 30, 60, dan 90 HST
PANEN
Tanda-tanda siap dipanen bila daunnya sudah mengering dan bulbil jatuh ke tanah. Panen sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Apabila panen dilakukan pada periode panen tahun ke dua, dari setiap pohon dapat dihasilkan umbi seberat 1 – 3 kg, atau sekitar 30 – 40 ton/Ha umbi segar
PENYIMPANAN
Setelah dipanen, ubi porang perlu dibersihkan dan disimpan pada rak-rak di dalam ruangan berventilasi baik pada suhu kamar (sekitar 28 ˚C). Cara lain penyimpanan dapat dilakukan dengan mengamparkan umbi atau bulbil di atas tanah tanpa alas dan tidak bertumpuk.
Pada kondisi ini ubi dapat disimpan hingga berbulan-bulan. Namun apabila disimpan pada suhu sekitar 27-28 ̊C pada bulan pertama penyimpanan akan kehilangan berat sekitar 25%. Apabila ubi akan diproses menjadi produk, sebaiknya disimpan dalam bentuk chip (irisan tipis) atau tepung yang kering. Karena bila disimpan dalam bentuk ubi segar dengan kadar air yang masih tinggi (70-80%), seringkali ubi menjadi rusak oleh aktivitas enzim.