PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI BOGOR
MENGAPA BUDIDAYA JAMUR ?
Permintaan Jamur Tiram dipasaran masih cukup besar , data BPS menunjukkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap jamur hanya 0,18 kg per kapita, masih jauh dari Jepang dan Singapura yang mencapai lebih dari 1 kg per kapita. Dari aspek pemasaran Jamur Tiram relatif mudah dipasarkan karena masyarakat sudah cukup mengenal dan sudah banyak variasi olahan atau masakan yang berbahan baku jamur ini.
Perputaran Uang bisa terus berjalan setiap hari, karena bisa diatur agar petani bisa panen tiap hari dan hal ini sangat meringankan bagi petani dalam permodalan. Dengan demikian kebutuhan modal budidaya jamur tiram ini relatif terjangkau, bisa bertahap dan lebih mudah disesuaikan dengan kesanggupan permodalan petani. Secara teknis budidaya jamur tiram relatif mudah dan tingkat resiko kegagalan kecil serta harga pasar lebih stabil dibandingkan komoditas hortikultura lain.
MENGAPA MUDAH DAN MENGUNTUNGKAN ?
MUDAH
Bisa menggunakan peralatan yang murah atau bisa beli baglog yang sudah jadi tinggal menumbuhkan atau merawat saja. Alat Sterilisasi bisa menggunakan drum bekas, kapasitas 120 baglog dan pembelian media bisa bertahap, disesuaikan dengan kapasitas drum sterilisasi
Ruangan kumbung bisa memanfaatkan ruang yang tidak terpakai, seperti gudang, samping rumah, garasi, dll. Kebutuhan tenaga kerja juga bisa 1 org atau diri sendiri disesuaikan dengan kapasitas tempat dan permodalan.
MENGUNTUNGKAN
Waktu yang diperlukan untuk satu musim sekitar 3 bulan. Untuk pemula disarankan untuk bekerjasama dengan petani yang sudah menekuni usaha lebih lama caranya yaitu dengan sewa kumbung. Gambaran sederhananya sbb :
Asumsi budidaya 5000 baglog maka Biaya produksinya : Sewa kumbung untuk satu musim tanam ( Rp. 1.500.000 )+ Pembelian 5000 baglog jamur x Rp 2.500 sebesar Rp. 12.500.000 + Upah pegawai 3 bulan ( Rp. 1.500.000 ) = Total Rp. 15.500.000 (Kisaran Biaya Produksi Rp 14 – 15 juta (5000 baglog)
Persentase kegagalan dari 5000 log sebanyak 10% atau 500 log terbuang. Setiap baglog bisa menghasilkan rata rata total sekitar 0,4 kg, maka akan dihasilkan 4500 log x 0,4 = 1.800 kg (rata-rata produksi 1.700 kg – 1.800 kg). Maka akan diperoleh pendapatan sebesar 1.800 kg x Rp 12.000/kg = Rp 21.600. Keuntungan Rp 6.100.000 dalam satu musim (3 bulan) atau Rp.2.033.333 per bulan dengan asumsi kita tidak banyak mengeluarkan waktu dan tenaga karena pemeliharaan maupun pemasaran sudah dikerjakan orang lain, kita tinggal merima uang aja.
JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.)
Nama lain Jamur Tiram adalah jamur shimeji, tudungnya yang menyerupai cangkang tiram membuatnya disebut Oyster mushroom (jamur tiram). Jamur tiram banyak dibudidayakan di kawasan Eropa dan Asia. Terbanyak ketiga dibudidayakan setelah jamur merang dan jamur shitake. Selain kelezatannya, jamur tiram terkenal dengan khasiat obatnya seperti antikolesterol, antioksidan, penekan sel-sel tumor dan kanker serta mengandung beberapa asam amino yang tidak bisa disintesis di dalam tubuh.
JENIS-JENIS JAMUR TIRAM
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus var florida)
Jamur Tiram Kuning (Pleurotus citrinipilateus)
Jamur Tiram Abu-Abu (Pleurotus cystidius)
Jamur Tiram Merah Mudah (Pleurotus flabellatus)
Jamur Tiram Coklat (Pleurotus cystidisus)
Jamur Tiram Raja (Pleurotus umbrellartus)
ELEMEN UTAMA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Kelembaban Agar pertumbuhan jamur baik, dibutuhkan kelembaban di kisaran 70-80%, oleh karena itu frekuensi penyiraman perlu dijaga agar bisa mempertahankan kisaran kelembaban tersebut. Selain itu dapat pula di dalam kumbung diberi media air agar uap air bisa menjaga kelembaban tersebut serta sistem sirkulasi udara dengan mengatur buka atau tutup ventilasi kumbung. Suhu Suhu ideal di kissaran 22-28 ˚C. Usahakan mendekati angka ini dengan cara modifikasi kumbung dan lingkungan Cahaya Jamur Tiram tidak membutuhkan cahaya, gunakan atap kumbung yang tidak tembus cahaya
BUDIDAYA JAMUR TIRAM DATARAN RENDAH
Untuk budidaya jamur di dataran rendah memerlukan beberapa penyesuaian dengan kondisi lingkungan seperti membuat kumbung sistem sirkulasi buka-tutup, artinya menutup ventilasi di siang hari agar kelembaban terjaga dan membuka ventilasi di malam hari, agar suhu udara dalam kumbung lebih dingin
Gunakan bahan atap yang tidak menyerap panas seperti atap daun kelapa atau genteng. Pilih lokasi kumbung di tempat yang teduh atau dekat pepohonan, hindari pembuatan pintu kumbung arah matahari terbit atau terbenam. Rak penyimpanan baglog untuk lokasi yang berada di daerah dingin maksimal 5 tingkat dan daerah panas maksimal 3 tingkat. Untuk menjaga suhu ruangan lakukan penyiraman minimal 3 kali sehari
Contoh Kumbung Dengan Atap dari Daun Kelapa
Contoh Kumbung Terpal dilapisi Paranet
Contoh Kumbung Atap Genteng
MENETAPKAN KAPASITAS PRODUKSI
Sebelum membuat rumah (kumbung) jamur, maka tetapkan berapa kisaran produksi harian yang diinginkan. Rata – rata jumlah baglog yang panen pada suatu kumbung antara 3-10%, jadi bila ada 1.000 baglog, maka kisaran panen 3 – 10 kg (jika berat rata-rata per panen log 100 gram ). Dari pengalaman per 1.000 baglog dihasilkan 4-5 kg, jadi bila kita memelihara 5,000 baglog berarti produksi ada di kisaran 20 – 25 kg per hari. Sementara untuk luasan yang dibutuhkan tergantung model rak dan cara peletakan baglog di rak. Biasanya untuk kapasitas 5000 baglog butuh kumbung dengan luas 8 x 6 m 2.
TAHAPAN BUDIDAYA
Tahapan budidaya meliputi, persiapan media (substrat), pencampuran Media, pangantongan (pembuatan baglog), sterilisasi, Inokulasi bibit, Inkubasi , Pemeliharaan tubuh buah dan Panen
PERSIAPAN MEDIA (SUBSTRAT)
Formulasi media dasar untuk F3, Serbuk kayu gergajian 20 kg, Dedak halus 2 kg, Tepung Tapioka/ Jagung 250 g, Kapur Kalsit/Dolomit 250 g, Digrow Hijau 5 cc/ltr air
Formulasi alternatif media dasar untuk F3, Serbuk kayu gergajian 100 kg, Dedak halus 10 kg, Tepung Jagung 10 kg, SP-36 0,5 kg, Gips /Dolomit 0,5 kg, Digrow Hijau 25 cc dan Air 50 – 60%
Formulasi alternatif media dasar untuk F3 (Formula dari Kang Ade Soreang Bandung), Memproduksi 500 baglog @ 2 kg membutuhkan ; Serbuk kayu gergajian 25 karung, Dedak halus 45 – 55 kg, Tepung Jagung 10 kg, Dolomit 8 kg, Digrow Hijau 100 ml – 150 ml, Air 50 – 60%.
TIPS
Hasil panen jamur tiram berbanding lurus dengan kandungan nutrisi yang terkandung di dalam baglog, oleh karena itu penentuan komposisi media menjadi hal krusial. Untuk daerah dingin (suhu rata-rata di bawah 25˚C) penambahan bahan aditif seperti tepung jagung/dedak diperbolehkan, namun untuk daerah panas, sebaiknya maksimal penggunaan 10%. Dianjurkan Pengaplikasian pupuk DI GROW Hijau dosis 5 cc/ltr air, di dalam pemeliharaan baglog dan tubuh buah jamur tiram. Penyemprotan setiap 2-3 hari sekali
PENCAMPURAN MEDIA
Bahan-bahan yang telah dipersiapkan tadi selanjutnya dicampur dan diaduk rata (bisa menggunakan sekop) hingga homogen. Pemberian air dilakukan setelah bahan media dicampur. Pemberian air sebelum pengadukan bahan substrat hanya akan mengakibatkan penggumpalan sehingga tidak terjadi homogenitas media
Indikasi bila air telah terpenuhi jika media digenggam dan kemudian genggaman dilepas media tetap menggumpal, maka bisa dianggap cukup. Bila media digenggam dan keluar tetesan air, maka pemberian air berlebih dan ini tidak bagus. Setelah proses pencampuran selesai, lakukan pengomposan media.
PENGISIAN MEDIA KE KANTONG PLASTIK (BAGLOG)
Pilih plastik tahan panas seperti plastik PP (polypropilene) dengan ukuran 18 cm x 35 cm, 20 cm x 30 cm atau ukuran sesuai selera. Tekan media dengan menggunakan botol saos yang diisi dengan pasir/alat khusus. Selanjutnya mulut baglog diikat dengan karet gelang/tali rapia. Bisa juga mulut baglog diberi cincin dari bambu atau pipa paralon selanjutnya disumbat kapas dan kertas.
STERILISASI
Bertujuan untuk menekan risiko kontaminasi jamur lain. Cara sederhana dengan menggunakan drum bekas oli dimana sepertiga bagian bawah diberi dudukan agar air dapat menguap (model kukusan). Lama pengukusan sekitar 6 jam atau setara dengan satu tabung gas ukuran 3 kg. cara modern dengan penggunaan boiler dan metal chamber. Setelah selesai, baglog didinginkan selama setengah sampai satu hari sebelum diinokulasi dengan bibit.
INOKULASI BIBIT
Ruang inokulasi harus bersih dan sebaiknya tertutup rapat dan jangan memberi bibit jika baglog masih panas karena akan mematikan bibit. Proses pemberian bibit adalah proses aseptik, jadi kebersihan operator harus dijaga. Bahan dan alat yang dibutuhkan: bunsen, spatula, spiritus, alkohol, dan tentunya bibit jamur tiram f2 (cek masa kadaluarsa). Inokulasi yang berhasil akan terlihat 1-2 hari setelah inokulasi dimana terlihat bibit tumbuh seperti kapas di dalam baglog.
INKUBASI
Masa inkubasi jamur tiram tidak memerlukan cahaya. Ruang inkubasi diusahakan benar-benar bersih. Di awal inkubasi usahakan ruangan tidak mendapat banyak cahaya dan sirkulasi udara. Suhu ruang inkubasi usahakan di kisaran 25-28oC. Pemindahan baglog ke kumbung embesaran sebaiknya setelah pertumbuhan miselium jamur mencapai 35% minimal. Masa Inkubasi 30-40 hari.
Kumbung Inkubasi
PEMELIHARAAN
Setelah masa inkubasi selesai dan miselium telah menyelimuti seluruh baglog (baglog telah berwarna putih), baglogs selanjutnya dipindahkan ke ruang pembesaran. Ruang pembesaran sebaiknya memiliki kisaran suhu 22-26 oC dengan kelembaban sekitar 80%. Mulut atau cincin baglog selanjutnya dibuka. Jamur tiram membutuhkan dua hal agar bisa berbuah, yaitu induksi kelembaban tinggi atau suhu rendah.
Untuk daerah panas, penyiraman dilakukan beberapa kali agar kelembaban di dalam kumbung tetap tinggi. Selain itu perlakuan pentiraman musim hujan dan kemarau tentunya juga berbeda. Sebaiknya pada umur 2 minggu setalah pembukaan cincin, aplikasikan pupuk DI GROW dengan konsentrasi 5cc/lt air. Lakukan penyemprotan halus pada permukaan mulut baglog setiap 2-3 hari sekali agar panen bagus.
Pemeliharaan
HAMA PENTING
Pencegahan adalah cara terbaik di dalam pengendalian hama yang menyerang jamur. Menjaga kebersihan dan sanitasi, bukan hanya di dalam kumbung, tetapi juga di sekitar kumbung menjadi mutlak dilakukan oleh setiap petani. Beberapa hama yang harus jadi perhatian adalah Kumbang (Cyllodes bifacies), ulat (Lycoriella sp), Semut, Siput dan Walang Sangit serta tikus. Hama-hama ini dapat menyebabkan kehilangan panen yang cukup signifikan
PANEN
Panen memerlukan kedisiplinan dan ketelitian sehingga didapatkan panenan yang tepat sehingga dapat bertahan lama dan disukai pedagang. Panen jamur tiram dilakukan dua kali sehari, yaitu pada jam 7-8 pagi dan jam 3-4 sore. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh kuntum yang tumbuh pada satu baglog, termasuk akarnya. Ciri-ciri jamur yang tepat panen adalah tudung belum keriting, tekstur masih kokoh dan keras, serta besarnya cukup. Selanjutnya jamur dibersihkan dan di-trimming atau sesuai dengan karakteristik konsumen
BIOLOGICAL EFFICIENCY RATIO (BER)
BER adalah perbandingan jumlah berat panen dengan berat baglog. Umumnya berkisar antara 25-35 %. Tips agar BER di atas rata-rata: Gunakan serbuk kayu dengan bj lebih berat. Gunakan bibit F2 yang sesuai dengan jenis serbuk kayu tersebut. Rasio pemberian bibit pada baglog. Rasio pemberian nutrisi pada baglog. Memperbesar ukuran baglog. Lakukan penelitian kecil sebelum mencoba ide-ide baru
MENINGKATKAN HASIL PANEN
Jamur tidak memiliki khlorofil sehingga tidak mampu berfotosintesis. Untuk menambah nutrisi di dalam baglog, maka kita bisa memberikan asupan nutrisi berupa pupuk Digrow. Selain itu seiring dengan waktu, mulai panen ke3 sampai ke 5, kualitas jamur yang dihasilkan tidak sebaik dan sebanyak panen ke 1 dan ke 2. DI GROW telah diuji cobakan dan terbukti dapat meningkatkan hasil panen jamur petani.
PEMASARAN
Untuk kota Medan, Kalimantan, harga jamur tiram cukup tinggi, yaitu Rp 20.000,-/ kg. Selain itu jumlah pasokan yang masih sedikit dibandingkan besarnya permintaan menjadikan bisnis jamur tiram cukup menjanjikan. Wilayah Jawa Barat sekitar Rp 10.000 – Rp 12.000/kg Dari pengalaman selama ini, KUALITAS dan KONTINUITAS merupakan syarat mutlak agar petani jamur tiram bisa tetap eksis.
Pemasaran jamur tiram relatif mudah, dimana petani dapat menjual ke sekitar tempat tinggalnya, menjadi penyalur tetap di pasar tradisional ataupun ke pasar modern/ supermarket dimana harga bisa mencapai Rp 37.500,-/kg. Petani wajib menguasai teknik pengolahan jamur untuk agar dapat mengoptimalkan panen
Formulasi Bibit F2 : Formulasi media dasar untuk F2 (Untuk 80 btl bibit F2): Serbuk kayu gergajian 40 kg, Dedak halus 4 kg, Kapur (CaCO3) 250 g, SP-36 1 sdm